Minggu, 22 September 2013

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Definisi Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Kemudian terdapat definisi keputusan menurut para ahli, antara lain :
·         Menurut George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
·         Menurut Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
·         Menurut James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.  

Dasar-dasar dalam Pengambilan Keputusan :

Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
1.      Intuisi :
Suatu proses bawah sadar/tdk sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intusi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
A.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·         Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.
·         Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya.
·         Keampuan mengambil keputusan dari peng-ambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
B.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·         Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
·         Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
·         Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
·         Pengalaman
2.      Pengalaman :
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.  Karena pengalaman seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.  Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.
3.      Fakta :
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.  Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
4.      Wewenang :
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pim-pinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya.  Pengambilan keputusan berdasarkan we-wenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
A.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·         Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tsb secara su-karela ataukah terpaksa.
·         Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka waktu yg cukup lama.
·         Memiliki otentisitas (otentik).
B.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·         Dapat menimbulkan sifat rutinitas.
·         Mengasosiakan dengan praktek dictatorial.
·         Sering melewati permasalahan yg seharus-nya dipecahkan sehingga dapat menimbul-kan kekaburan.
5.      Rasional :
Pada pengambilan keputusan yg berdasar-kan rasional, keputusan yg dihasilkan ber-sifat objektif, logis, lebih transparan, kon-sisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, shg dpt dikatakan mendekati kebenaran atau se-suai dgn apa yg diinginkan.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara rasional 
a.  Kejelasan masalah.
b. Orientasi tujuan.
c.  Pengetahuan alternative.
d. Preferensi yang jelas.
e.Hasil maksimal.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

k          Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri individu. Menurut Noorderhaven (1995: 46), faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian, intuisi, umur. Sedangkan Cervone dkk (1991: 17) dalam penelitiannya menemukan bahwa suasana hati yang positif dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Janis & Mann yang dikutip oleh Forgas (1991: 39) dalam penelitiannya membuktikan bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan. 
Menurut Millet (dalam Hasan, 2002: 16), faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Pria dan wanita
Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil keputusan dan wanita pada umumnya relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu.
2. Peranan pengambil keputusan 
Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan, kemampuan menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk memperkirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik. 

3. Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat bersifat institusional ataupun bersifast pribadi. 
Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein (1993: 63) menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rendahnya kualitas pengambilan keputusan. Selanjutnya dikatakan oleh Bandura & Jourden (1991: 24) pengambilan keputusan dapat dipermudah atau dihambat oleh adanya efikasi diri. Hal yang hampir senada dikemukakan oleh Blascovich dkk (1993: 42) yang mengatakan bahwa sikap individu terhadap objek atau masalah dapat mempermudah atau menghambat proses pengambilan keputusan. 
Miner (1992: 51) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi cara seseorang dalam mengambil keputusan adalah kreativitas. Keputusan-keputusan yang kreatif akan membantu dalam memberikan kontribusi bagi perbaikan produktivitas organisasi dan berperan dalam penelitian produk baru. Berdasarkan pandangan ini, kreativitas didefinisikan sebagai pencapaian prestasi yang diakui secara sosial dalam hal produk-produk baru seperti penemuan-penemuan teori, publikasi, keperluan medis, dan lain sebagainya. Keputusan kreatif ini asli, berbeda dengan orang lain tetapi bukan keputusan yang eksentrik dan mampu memberikan kontribusi sosial. 
Sebuah keputusan yang kreatif juga memerlukan inteligensi, dan untuk menjadi kreatif seseorang harus belajar dan mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada bidang tertentu. Inteligensi ini merujuk pada kemampuan analisis logis dan pemecahan masalah yang dapat membantu menghasilkan keputusan yang berkualitas (Kolb dkk, 1984: 58). Meskipun demikian, tingkat inteligensi yang tinggi dan pengetahuan yang cukup kadang-kadang belum menjamin tercapainya prestasi yang kreatif karena masih ada faktor lain yang mungkin berpengaruh pada terbentuknya keputusan kreatif. 
Mondi dkk (1990: 47) mengemukakan faktor dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi seorang manajer atau pimpinan dalam mengambil keputusan, yaitu kemampuan personal sebagai pengambil keputusan. Kemampuan dan sikap manajer sebagai pengambil keputusan dianggap sebagai faktor terpenting untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Seberapapun besarnya kemampuan seorang manajer dalam membuat keputusan dan bertanggung jawab, ia memerlukan kemampuan agar menghasilkan keputusan yang tepat. Kemampuan ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman, tingkat pemahaman dan kualitas manajemen diri individu. Selain faktor dari dalam diri individu, Mondi dkk (1990: 47) juga mengemukakan beberapa faktor dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi seorang manajer atau pimpinan dalam mengambil keputusan, yaitu: 
a) Jenis Keputusan Rutin dan Tidak Rutin 
Keputusan rutin yang dibuat diatur berdasarkan kebijakan, prosedur, dan aturan organisasi juga berdasarkan pilihan manajer. Keputusan ini tidak serumit keputusan non-rutin, sehingga manajer dapat lebih leluasa dalam melakukan tugasnya, misalnya memilih orang yang akan bertugas pada unit kerja tertentu. Keputusan non-rutin membutuhkan kecermatan yang lebih tinggi dan lebih menentukan berhasil tidaknya suatu pekerjaan seorang manajer, misalnya dalam melakukan ekspansi pasar, membangun lahan produksi baru dan sebagainya. Keputusan non-rutin lebih banyak dibebankan pada manajer tingkat menengah ke atas. Miner (1992: 51) mengadaptasi pendapat Simon yang mengatakan bahwa dalam tipe keputusan rutin, teknik yang dapat digunakan mendasarkan pada kebiasaan, SOP (Standard Operating Procedure), struktur organisasi atau dengan riset operasi dan proses data elektronik. Tipe keputusan non-rutin dapat diselesaikan dengan menggunakan pertimbangan, intuisi, kreativitas, seleksi dan pelatihan serta model pemecahan masalah. 
b) Waktu yang Tersedia 
Waktu dalam membuat sebuah keputusan merupakan faktor yang penting. Manajer biasanya menggunakan waktu yang sesingkat mungkin untuk membuat keputusan, bahkan kadang-kadang keputusan harus diambil di bawah situasi yang sangat kritis dan menekan. 
c) Besarnya Resiko yang Harus Ditanggung 
Besarnya resiko merupakan hal yang selalu dipertimbangkan secara sadar atau tidak. Resiko pengambilan keputusan dapat saja mempengaruhi organisasi, tetapi dapat juga tidak mempengaruhi organisasi. Namun pengambilan keputusan yang beresiko tinggi, memerlukan upaya dan waktu yang lebih banyak agar keputusan yang diambil benar-benar sesuai. 
d) Tingkat Penerimaan dan Dukungan oleh Rekan dan Atasan 
Penerimaan dan dukungan yang ada tergantung dari banyak hal yang sifatnya lebih personal, misalnya apakah manajer yang mengambil keputusan itu usianya jauh lebih muda, apakah ia tidak dianggap outsider oleh kelompok lain atau apakah ada diskriminasi gender. Hal semacam ini biasanya diselesaikan melalui perbaikan komunikasi, sehingga manajer memperoleh rasa hormat dan disegani oleh rekan maupun atasannya. 
Menurut Noorderhaven (1995: 49), faktor-faktor dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah pendidikan formal dan pengalaman karir. 
Arroba (1998 dalam Kuntadi, 2004: 14) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukannya, antara lain : 
1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi. 

Informasi mengenai hal-hal yang berkenaan dengan masalah yang sedang dihadapi merupakan hal yang cukup penting bagi pengambil keputusan sebagai bahan evaluasi. Sumber-sumber informasi dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu (Jiunkpe, Waralaba asing, 2006, para.4): 
a. Informasi pribadi, merupakan informasi yang berasal dari dalam diri, seperti pengalaman dan pengetahuan pribadi, keluarga sendiri. 
b. Informasi umum, merupakan informasi yang berasal dari luar diri, seperti media massa, orang lain, lingkungan, tetangga dll. 
2. Tingkat pendidikan 
Menurut Muhibbin (2002: 11) pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebaginya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu (UU RI tentang Sisdiknas No.20 Tahun 2003, para.2: 11): 
a. Rendah, artinya individu memiliki tingkat pendidikan dasar (SD). 
b. Sedang atau menengah, artinya individu memiliki tingkat pendidikan menengah (SLTP dan SLTA). 
c. Tinggi, artinya individu memiliki tingkat pendidikan tinggi(S1 keatas). 
3. Personality 
Kepribadian individu merupakan faktor yang memiliki peran terhadap proses pengambilan keputusan. Kepribadian manusia terdiri dari beberapa tipe, yaitu (Judiari, 2002: 4): 
a. Motif atau need, contoh: agresif, berprestasi, afiliatif dll. 
b. Kemampuan atau kecakapan, contoh: intelegen, musical, terampil dll. 
c. Temperamen atau emosi, contoh: energik, pencemas dll. 
d. Style personal, contoh: hati-hati, petualang, ceroboh dll. 
e. Nilai atau keyakinan, contoh: religius, bebas dll.
4. Coping , dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi). Strategi coping adalah suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Fachri, Strategi Coping, 2008. para.1). 
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Fachri, Strategi Coping, 2008. para.1): 
a. Problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; 
b. Emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. 
5. Culture 
Menurut Soekanto (1990: 173 dalam Jiunkpe, Waralaba asing, 2006, para. 8), budaya adalah karya, rasa dan cipta masyarakat. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Taylor dalam Author’s Guide, Faktor-Faktor Budaya, 2006, Para. 5). 
Menurut Soekanto (1990: 176 dalam Jiunkpe, Waralaba asing, para. 9), budaya memiliki tujuh komponen, yaitu: 
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia, seperti pakaian, rumah dll. 
b. Mata pencarian hidup, seperti pertanian, peternakan dll. 
c. Sistem kemasyarakatan, seperti kekerabatan, perkawinan dll. 
d. Bahasa, seperti bahasa lisan dan tulisan. 
e. Kesenian, seperti seni rupa, seni suara dll. 
f. Sistem pengetahuan, seperti membaca, diskusi dll. 
g. Religi, seperti sistem kepercayaan. 

Jenis-Jenis pengambilan keputusan

Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :

1.      Pengambilan keputusan terprogram :
              Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.[1]
Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.
2.      Pengambilan keputusan tidak terprogram:
       Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
       Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
   keputusan tidak terprogram menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah-masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi  konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung  kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.[2]

DAFTAR PUSTAKA
Handoko T.Hani, manajemen , BPFE-YOGYAKARTA, yogyakarta, 2009
http://adipsi.blogspot.com/2010/06/pengambilan-keputusan.html